Kamis, 15 September 2022

Gado gado itu bernama Indonesia

Selamat memperingati Hari Ulang Tahun Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ke-77. Sebuah negara baru yang lahir pada 17 Agustus 1945 yang silam yang didirikan oleh sebuah Bangsa baru juga yang bernama Bangsa Indonesia. Meskipun bentuk negara (kesatuan) dan bentuk pemerintahannya (republik) mengambil contoh dari negara lain (barat), bukan meneruskan negara pendahulu kita, apa boleh buat, pada kenyataannya para pucuk pimpinan bangsa Indonesia saat itu memang sebagian besar berpendidikan barat (Belanda). Sehingga wajar jika itu yang ada di pikiran mereka.

Sebelumnya pada 27-28 Oktober 1928 telah lahir Bangsa Indonesia. Sebuah Bangsa Baru yang dibentuk dari berbagai Bangsa yang sudah lama ada dan eksis di Nusantara ini. Komponen terbesarnya adalah Bangsa Jawa ditambah bangsa-bangsa besar lainnya yakni bangsa Sunda, Melayu, Minang, Aceh, Batak, Bugis, Makassar, Dayak, Timur dan bangsa-bangsa lain yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Saya memang lebih suka menyebut bangsa dari pada suku, karena ada penyempitan makna seolah-olah suku lebih kecil daripada bangsa. Padahal ya sama saja, suku itu sama dengan bangsa. Bagi saya Indonesia adalah PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang sesungguhnya. Bangsa Jawa tidak punya hak Veto, bangsa Minang juga tidak punya. Padahal kedua proklamator berasal dari 2 bangsa ini lho. Justru yang ada adalah "mengalah". Bangsa Jawa ngalah bahasa persatuan yang dipakai adalah bahasa Melayu, bukan bahasa Jawa. Saya tidak tahu apakah ada yang seperti ini di negara lain. Dan supaya sama sama enak disebutlah bahasa persatuan itu sebagai Bahasa Indonesia, tidak bahasa melayu. Keren kan. Ini namanya kompromi. Inilah salah satu kehebatan Bangsa Besar Indonesia, bisa "mengalah" dan "kompromi". Kok disebut Bangsa Besar? Ya iya dong kan dibentuk dari berbagai bangsa. Kalau hari ini kita lebih suka gontok-gontokan dari pada kompromi, rasanya perlu belajar lagi kepada sejarah deh. Lebih keren lagi adalah bahasa masing-masing bangsa tetap digunakan sehingga hampir semua bangsa menguasai dua bahasa, yaitu bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Alhamdulillah saya sebagai bangsa Jawa masih bisa bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Jadi kalau anda hanya bisa bahasa Indonesia, belajar lagi deh bahasa daerahnya. Jangan sampai hilang he..he.. Kalau saya tidak bahasa Inggris saya nggak malu-malu amat, toh statusnya adalah bahasa asing. Tapi kalau nggak bisa bahasa Jawa, waduh gawat. Itulah salah satu niat tersembunyi saya menyekolahkan anak saya di Pekalongan, biar anak saya bisa bahasa Jawa, karena di rumah terlanjur percakapan bahasa sehari-hari pakai bahasa Indonesia.

Jadi ingatlah bahwa kita adalah bangsa yang lebih besar yang dibentuk dari bangsa-bangsa besar. Tapi jati diri setiap bangsa tetap harus ada. Karena Gado-gado itu dicampur bukan diblender. Lontongnya tetap ada, tahunya tetap ada, togenya tetap ada, sayurannya tetap ada, dan kerupuknya juga tetap ada. Jadi kalau ada logo halal kayak Gunungan wayang itu bukan jawanisasi ya bro. Uang logam ada emboss Istana Pagaruyung, itu bukan minangisasi ya sis. Karena bahasa Indonesia diambil dari bahasa Melayu itu bukan melayunisasi. Selamat merayakan hari ulang tahun Indonesia.

Depok, 17 Agustus 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkahe Mayoritas

Saya hanya ingin mengatakan bahwa, Salah satu berkahnya Islam menjadi Mayoritas di Indonesia adalah: separah apa pun pemerintahnya, tidak ak...